Berburu Naga

Saat liburan semester kemarin, ketika kami akan mengajak anak-anak berkunjung ke Museum Nasional (Museum Gajah) saya mencari info jam buka museum tersebut di internet. Ternyata museum ini sudah memanfaatkan social network, punya facebook  page dan website yang cukup informative. Ketika membuka wall facebook nya, saya melihat ada brosur tentang kegiatan kelompok Museum Ceria dengan judul Pemburu Naga. Karena gambarnya lucu saya jadi tertarik. Bahkan Lukman yang ikut melihat juga bilang “Naga Mama, aku suka naga” yaaa pasti karena dekat-dekat bentuk dinosaurus kesukaannya hehehe. Sesudah mendapat jadwal buka Museum Gajah, saya lalu browsing untuk cari tahu lebih lanjut tentang Museum Ceria dan mendapat gambaran bahwa kelompok ini dibuat oleh dosen dan mahasiswa dari fakultas Arkeologi UI. Wah kegiatannya ‘berisi’ pasti ya karena diadakan oleh mereka yang betul-betul mempelajari ilmu sejarah.

Sudah lama saya mencari kegiatan seperti ini untuk Reza, karena ia sangat suka mempelajari sejarah dunia. Sayangnya, info sejarah yang lengkap ada di internet kebanyakan sejarah luar negeri. Hanya sedikit sekali info sejarah Indonesia. Contohnya saja, ketika sudah berkunjung ke Museum Nasional disaat liburan semester, dan Reza tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang patung/arca Raja Aditiyawarman yang sangat besar dimuseum itu, hasilnya nihil. Hanya ada informasi dimana patung tersebut ditemukan. Sedangkan informasi kenapa arca Raja Aditiawarman tersebut digambarkan cukup seram, dengan dikelilingi tengkorak, dan berdiri menginjak tubuh seorang manusia, tidak ada penjelasannya. Sayang sekali ya. Karena itu tak heran jika Reza lebih suka mempelajari sejarah luar negeri, karena informasinya lengkap sekali, dan mudah didapatkan seperti disitus Wikipedia, maupun situs-situs sejarah luar negeri lainnya bahkan banyak situs yang dikhususkan bagi anak-anak. Saya harap dengan mengikuti kegiatan seperti Museum Ceria Reza akan lebih mendapat informasi yang menarik sehingga ia mau mengenal dan bisa mencintai sejarah bangsanya sendiri.

Karena pada brosur Pemburu Naga disebutkan jumlah pesertanya terbatas langsung saya mendaftar, tidak mau dong terlewat event yang menarik seperti itu. Dari pembicaraan telepon dengan mbak Ajeng salah satu panitianya, saya mendapat konfirmasi info yang saya dapat di internet, plus dikatakan bahwa satu kelompok hanya terdiri dari 35 anak. Wah bagus ya, berarti tidak terlalu ramai peserta dan diharapkan dengan demikian informasi yang diberikan di acara tersebut dapat diserap dengan baik oleh pesertanya. Saya daftarkan Reza dan saya sendiri, kemudian men-transfer pembayarannya.

Dua hari sebelum tanggal kunjungan kami diberi informasi lewat email. Cukup lengkap pemberitahuannya, mulai dari skedul acara, rute menuju Museum Nasional (yang pada tanggal 29 tersebut agak berubah karena ada car free day disepanjang jalan Sudirman-Thamrin) lalu tempat parkir mobil yang tersedia, barang yang perlu dibawa, dan informasi bahwa acara tersebut akan diliput salah satu media tv. Saya suka dengan cara panitianya bekerja, praktis namun cukup informasinya. Karenanya makin semangat rasanya menunggu hari H diadakannya kegiatan tersebut.

Hari Minggu tanggal 29 Januari 2012 kami berangkat cukup pagi, karena rumah kami cukup jauh dari Museum Nasional, di hari Minggu yang lengang saja membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan mobil pribadi. Beberapa menit sebelum jam 9, kami sudah sampai dimuseum. Lucunya, ketika baru parkir mobil, jendela mobil saya diketok-ketok oleh seorang ibu. Dan ketika saya buka, ternyata ia saudara suami saya, yang selama ini baru berhubungan lewat facebook saja, dan di hari Minggu itu baru bertemu muka. Wah senang juga, sudah bertemu keluarga saat baru sampai. Kebetulan anak mereka, Bita, juga sama-sama kelas 4 SD seperti Reza, namun setahun lebih muda umurnya.

Sampai di lobby museum kami segera mendaftar, dan mendapat activity book dan bolpoin untuk anak dan tiga lembar kertas untuk orangtua berisi informasi kegiatan, apa yang akan dilakukan, dan juga denah dalam museum untuk petunjuk letaknya naga yang dicari. Karena baru jam 9, Reza sempat mencuri start dengan melihat-lihat arca/patung dilantai dasar gedung lama. Oh iya, Museum Nasional ini terdiri dari dua bagian, gedung lama yang tepat dibelakang patung gajah didepan museum dan gedung baru yang bertingkat 7 disebelah utara gedung lama. Beberapa saat sebelum jam 9.15 kami menuju ke auditorium di basement gedung baru, karena acara interactive-storytelling-nya akan dimulai disana.  Ketika masuk ruangan, kami diberikan snack dan minuman lalu dipersilakan duduk di kursi-kursi yang sudah tersedia.

Acara dibuka dengan perkenalan oleh mbak Ajeng lalu langsung dilanjutkan dengan active-storytelling yang diceritakan tentunya kisah sang naga, dengan cerita/legenda yang dibawa dari beberapa negara: Cina (cerita tentang binatang-binatang shio termasuk shio Naga), Indonesia (cerita dari pulau Bali), India (cerita tentang dewa Wisnu, Garuda dan telur-telur naga) dan terakhir cerita dari Eropa, tentang naga yang luluh hatinya begitu dipanggil puteri raja dengan sebutan ‘sayang’. Saat bercerita, sang pendongeng tidak hanya seorang diri diatas panggung, tapi ia memanggil anak-anak pemburu naga untuk ikut memerankan tokoh yang diceritakannya. Awalnya Reza malu-malu, tidak mau ikut maju berperan. Tapi melihat beberapa anak berani maju, Reza-pun ikut maju. Bita juga menyusul. Reza ikut berperan dalam tiga dongeng, menjadi shio Kuda di cerita pertama, kemudian menjadi dewa Wisnu di cerita ketiga lalu terakhir menjadi naga lembut hati di cerita terakhir. Karena senang dan gembira diajak berperan serta, ketika pendongeng memberikan bonus diakhir ceritanya: sebuah amplop angpao yang diberikan untuk pemburu naga yang tercepat menjawab pertanyaannya, Reza lalu mendengarkan dengan serius. Ketika pendongeng bertanya: dari manakah air amerta yang diperlukan Garuda untuk menolong Winata diambil, Reza langsung mengacungkan tangannya tinggi-tinggi, dan menjawab: lautan susu. Reza senang sekali bisa menjawab tercepat dan mendapat hadiah angpao 🙂

Selesai storytelling, anak-anak pemburu naga pun mulai berburu didampingi orangtuanya. Ada clue yang diberikan mbak Ajeng bahwa kebanyakan naga yang dicari ada dilantai 3 dan 4 digedung yang sama. Pada activity book ada dua buah petunjuk untuk kegiatan berburu naga. Yang pertama adalah teka-teki yang harus diisi sampai kotak yang berwarna biru terisi penuh dan terbaca kalimatnya. Ini dikerjakan untuk mendapat Lisensi Pemburu Naga. Kemudian pada halaman terakhir ada 6 buah foto naga yang harus dicari untuk mendapatkan pin Museum Ceria.

Reza awalnya mencari naga yang ada fotonya dihalaman terakhir. Karena itu ia cepat berlalu dari lantai 3 dan 4 gedung baru, karena dilihatnya tidak ada naga-naga yang dicari untuk mendapat pin. Kami kembali ke gedung lama, setelah lumayan berputar-putar pada jam 11 Reza berhasil mendapatkan pin Museum Cerianya dengan bangga. Setelah itu kami bertemu lagi dengan Bita dan ayah-ibunya. Bita sudah melengkapi pertanyaan teka-teki dihalaman dalam, dan menyadarkan Reza kalau dia  belum mengumpulkan keterangan untuk mendapatkan lisensi pemburu naga.

 

Melihat Bita sudah mendapatkan lisensi, Reza jadi penasaran dan ingin melengkapi lagi keterangan untuk teka-teki didalam buku. Sebelum melanjutkan perburuannya, Bita dan Reza sempat diinterview, ditanyai kesan-kesan mereka mengikut kegiatan Museum Ceria ini. Wah bakalan masuk tivi nih, mereka! hehe 🙂

Akhirnya setelah interview selesai, Reza memberi tahu Bita tempat naga-naga yang dicari di gedung lama untuk melengkapi perburuan naga untuk mendapat pin. Kembali kami berkeliling digedung lama sekeliling taman arca, lalu masuk bagian etnografi dan ruang tekstil. Setelah itu kami kembali lagi ke lantai 3 dan 4 gedung baru, supaya Reza bisa melengkapi keterangan untuk teka-teki di halaman dalam activity book.

Lumayan pegal juga kaki kami berjalan keliling dua kali, namun Bita dan Reza tetap semangat, dan akhirnya dengan bangga Reza berhasil mendapatkan Lisensi Pemburu Naga-nya tepat pada jam 12.

Asik sekali rasanya berburu naga di Museum Nasional tersebut. Tidak seperti kunjungan kami sebelumnya yang cenderung melewati arca-arca dan benda-benda bersejarah yang kurang menarik menurut pandangan kami, kali ini karena harus berburu naga kami jadi lebih memperhatikan dan mengamati benda-benda bersejarah di museum itu, dan jadi cukup menguasai pembagian lokasi ruangan di kedua bagian gedung Museum Nasional tersebut.

Terimakasih Museum Ceria untuk acara berburu naga-nya yang seru! Kami tunggu acara berikutnya, di museum yang lain lagi ya. Dan lain kali kami pasti mengajak teman-teman dan saudara yang belum tahu info tentang kegiatan Museum Ceria ini. See ya 🙂

Note: link post ini juga ditampilkan di blog Museum Ceria sebagai bagian Testimonial peserta event family weekend yang mereka selenggarakan. Lihat di: http://museumceria.blogspot.com/ 😉

4 thoughts on “Berburu Naga

  1. Nelly Esterlina

    Wah…seru deh membaca cerita mamanya tentang Reza sang Sejarawan kita, smg tiap kegiatan dpt menambah wawasannya ya mamanya, tks sharingnya, sukses deh…

    1. mamanya

      Bunda Rani, biayanya Pemburu Naga Rp75.000 per anak, dan Rp10.000 per ortu. Mereka baru memulai kegiatan untuk umum, yg kemarin itu baru pertama kali. Jadi sekali berapa lama, aku juga belum tahu. Tapi begitu ada lagi kegiatannya, aku kasih tahu deh 😉

Leave a comment