Lukman di Hari Raya Ini

Menjalani pertemuan keluarga dapat menjadi tantangan bagi penyandang autis karena problem sensorik, perubahan rutinitas, dan ekspektasi sosial. Namun bagi kami hal ini tidak menyurutkan langkah untuk tetap mengajak Lukman sejak masih kecil untuk ikuti tradisi berkunjung kerumah sanak saudara.

Dari tahap awal dimana Lukman kecil harus dibujuk untuk mau masuk ke rumah yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya, tantangan ruangan ramai dengan orang yang tidak di kenal, duduk manis mendengarkan percakapan yang mungkin membosankan baginya, berbagai strategi kami lakukan agar dapat menjalani rutinitas hari raya, terkadang dengan cucuran air mata Lukman.

Apalagi sekarang Lukman sudah di umur remaja, dimana saudara yang mungkin kurang mengenal Lukman pasti mempunyai ekspektasi pemuda yang tingginya 172 cm ini harus bisa bersopan santun, menjawab jika ditanya, juga duduk dengan tenang.

Alhamdulillah dengan pembiasaan dari tahun ke tahun, Lukman sudah cukup bisa menjalani tradisi ini. Walau begitu, kami tetap memonitor kondisinya, jika terlihat bosan, lelah, mengantuk, mungkin kunjungan kami harus dipersingkat.

Tahun ini Lukman menunjukkan perkembangan baru yang membuat kami gembira. Yang pertama, ketika berkunjung ke rumah saudara yang baru pertama kali kami kunjungi, Lukman terlihat cukup santai, bahkan ketika dipersilahkan makan, ia cukup menikmati hidangannya. Bahkan ia menambah lagi hidangan yang ia makan, dengan tidak berlebihan. Saat dirumah itu pula, ketika ia diajak bicara saudara yang kurang dikenal, ia dapat menjawab dengan baik dan sopan ketika ditanya kuliah dimana, prodi apa, semester berapa.

Yang kedua, ketika saudara dekat kami berkunjung ke rumah, biasanya Lukman hanya menemani sebentar, mendengarkan percakapan, hanya bicara kalau ditanya, lalu kalau sudah bosan akan meninggalkan ruangan kembali ke kamarnya. Tahun ini Lukman berusaha tetap duduk bersama, bahkan ia berinisiatif memulai percakapan. Saudara-saudaranya yang sudah mengenal Lukmanpun memberikan perhatian khusus, sehingga Lukman terlihat senang didengarkan oleh saudara-saudaranya. Topiknya apa? Perang Palestina dan Israel. Iya, topik ini menjadi perhatian Lukman sejak dimulainya serangan Israel ke Jalur Gaza tahun lalu.

Yang ketiga, ketika kakak dan adik Papanya berkunjung, Lukman memperlihatkan gambar-gambar yang dibuatnya, ditempelkan di lemari kamarnya. Diawali dengan kalimat “Menurut kakak Reza gambar yang aku buat bagus, om/tante mau melihatnya kah?”. Ia senang karena setiap om/tante yang diajak melihat gambarnya pasti memberikan komentar positif. Bahkan seorang tante sengaja video call dengan anaknya yang tidak ikut berkunjung, memperlihatkan gambar dan bicara langsung dengan Lukman lewat handphonenya.

Ketiga hal diatas dilakukan Lukman tanpa kami minta, semua inisiatifnya sendiri. Kami tentunya senang sekali dengan perkembangan ini, karena bagi kami untuk Lukman ikut berkunjung saja sudah membutuhkan usaha yang sangat besar baginya sehingga kami tidak menuntut Lukman untuk ikut bercakap-cakap atau memulai percakapan.

Sekecil apapun perkembangan Lukman selalu kami syukuri, kami juga memberi apresiasi pada Lukman atas inisiatifnya yang dilakukan dengan senang hati 🙂

Leave a comment