Sidang Karya Ilmiah Reza di SMA

Tanggal 23 November 2018 yang lalu Reza mendapat giliran Sidang Karya Ilmiah di sekolahnya, setelah kurang lebih 3 bulan melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiahnya.

11

Alhamdulillah Reza lulus dengan revisi. Salah satu guru pengujinya menuliskan komen di facebook saya sbb: Mama Reza, pada saat ujian, Reza menguasai materi dengan baik dan dapat menjawab semua pertanyaan. Besar harapan kami penelitian Reza memberi inspirasi bagi siswa lain untuk mempelajari budaya lokal sebagai tema penelitian mereka. Semangat Reza…👍👍” Aamiin… terima kasih atas apresiasinya, ibu guru 🙂👍” Aamiin… terima kasih atas apresiasinya, ibu guru 🙂

Seperti ketika mengerjakan tugas akhir SD, karya ilmiah SMP, ide karya ilmiah di SMA ini adalah ide orisinil Reza sendiri. Namun jika tugas akhir di SD dan karya ilmiah di SMP mengambil topik sejarah, di SMA ini Reza membuat topik: kebudayaan. Menurut salah seorang guru penguji, selama 17 tahun SMA sekolah Reza berdiri baru ada 2 orang yang membuat karya ilmiah dengan topik kebudayaan. Yang pertama membahas budaya Betawi, dan yang kedua adalah Reza, membahas budaya Sunda.

Ide karya ilmiahnya Reza dapatkan saat kami berkunjung ke kampung budaya Sindangbarang di Bogor liburan lalu. Selain menikmati suasana pedesaan yang adem, melakukan permainan tradisionil, dan mencicipi hidangan lezat disana, kami juga diceritakan sejarah dan perkembangan budaya desa tersebut. Reza nampak sangat tertarik mendengar cerita Mang Ukat, kokolot (sesepuh) kampung tersebut.

Tidak kami duga, sepulang kunjungan tersebut rupanya Reza mulai memikirkan topik karya ilmiahnya. Setelah masuk sekolah sehabis liburan dan konsultasi dengan guru pembimbing karya ilmiahnya, Reza mulai menyusun tulisan dengan judul “Akulturasi Budaya Sunda Wiwitan dengan Ajaran Agama Islam di desa Sindangbarang”.

Awalnya kami sempat deg-degan karena Mang Ukat sang kokolot sempat beberapa lama berada diluar Pulau Jawa. Syukurlah setelah kami kontak lewat sms, Mang Ukat katakan ia akan kembali di Sindangbarang bulan Oktober 2018. Rezapun kunjungi lagi Sindangbarang, kali ini khusus untuk mewawancarai Mang Ukat.

Selain itu, kami deg-degan lagi saat Reza katakan ia butuh 98 orang responden untuk menjawab angket yang akan disebarkannya. Saya sudah kepikir, pasti perlu beberapa hari untuk mengumpulkan responden sejumlah itu. Datangi rumah ke rumah pasti butuh waktu, belum lagi berbasa-basi dan menjelaskan tujuannya meminta pengisian angket tersebut. Sudah kebayang Reza perlu menginap di Sindangbarang. Walau sebelumnya Mang Ukat sudah pernah menawarkan jika Reza perlu bisa menginap di rumahnya, namun pasti hanya bisa disaat weekend saja.

Namun rejeki Reza, ketika Mang Ukat dihubungi Reza untuk memberitahukan soal angket, beliau katakan “Sudah, datang saja awal September, karena sedang ada kegiatan di Sindangbarang, hampir semua penduduk akan hadir. Kalau 100 orang pasti ada lah!”. Alhamdulillah. Akhirnya Reza pun kunjungi kembali Sindangbarang ditanggal tersebut, dan ia bisa mengumpulkan angket lebih dari 100 orang dalam waktu sehari!

Semoga semua kerja kerasnya menjadi sumbangsih Reza sebagai salah satu referensi ilmiah perkembangan budaya Sunda. Selain itu seperti yang Reza tuliskan pada akhir karya tulisnya: semoga generasi penerus bangsa tetap bangga dan lebih peduli akan budaya bangsa sendiri agar tidak tergerus perkembangan jaman.

#ProudOfOurBoys

#FamilyMattersMost

Leave a comment