Serunya Dongeng Sebelum Bobo

Sampai dua tahun yang lalu, rutinitas menjelang tidur bagi anak-anak saya adalah: minum susu, gosok gigi, matikan lampu kamar dan tidur. Tidak ada yang namanya ngobrol, tidak ada yang namanya dongeng sebelum tidur, karena untuk membuat Lukman mau tenang berbaring ditempat tidur penuh perjuangan. Butuh waktu lebih dari satu sampai dua jam sampai Lukman betul-betul tidur. Bahkan ketika umurnya masih sekitar 3 tahunan, saya sampai harus ‘mengunci’ Lukman dengan pelukan, agar dia tidak loncat-loncat, atau mundar-mandir, dan berbaring ditempat-tidurnya. Namun dengan penerapan disiplin dan konsistensi waktu tidur, juga dengan semakin banyaknya kegiatan Lukman, rutinitas menjelang tidur semakin mudah. Lama-kelamaan Lukman sudah mau langsung masuk kamar dan berbaring ditempat tidur pada waktunya, walau masih harus ditunggui sekitar 30 menit lamanya, kadang masih ngobrol, kadang minta diusap-usap, atau hanya dipeluk saja.

Ketika Lukman mulai belajar membaca, betul-betul membaca dengan mengeja huruf, bukan hanya mengenali bentuk kata, dia selalu agak defensive. Memang setiap diajarkan sesuatu yang dirasanya tidak mudah, Lukman malah bete dan marah kalau diminta melakukannya. Karena itu ketika mendapat saran agar saya mendongeng sebelum tidur untuk membiasakan Lukman membaca, sepertinya jadi jalan keluar yang menyenangkan bagi saya. Bukan hanya membaca buku dan Lukman hanya mendengarkan, tapi saya membaca sambil menunjuk kata-katanya, dan Lukman mendengar sambil melihat kata-kata yang saya tunjuk.

Tadinya saya ragu juga ya, apa Lukman akan betah untuk duduk tenang mendengarkan dan melihat? Tapi saya coba saja. Saya khusus mencari buku-buku dongeng yang kiranya akan menarik untuk Lukman dan pastinya harus ada pesan moral yang didapatkan. Ternyata buat saya tidak mudah ya mencari buku-buku dongeng yang cocok untuk Lukman. Untuk tampilan/bentuknya, saya mencari buku-buku yang gambarnya masih besar-besar, tulisan pada tiap halamannya tidak terlalu banyak dengan cetakan huruf yang besar juga. Sekarang cukup banyak  buku-buku seperti itu, tapi saya juga harus mensortir dari isinya: cerita-cerita yang menginjak bumi, bukan seperti cerita Cinderella atau Timun Emas, tapi lebih seperti Si Kancil yang walau tokohnya hewan tapi jalan ceritanya lebih dimengerti Lukman.

Syukurlah ketika liburan, saya beruntung mendapat dua paket buku-buku dongeng, seperti yang saya mau. Buku-buku ini menjadi pembuka koleksi buku dongeng kami. Melihat gambar-gambar binatang disampulnya Lukman cukup tertarik ketika saya perlihatkan buku tersebut. Dan ia mau duduk tenang disamping saya ketika dibacakan. Senangnya, bukan hanya Lukman yang mau mendengarkan, tapi Reza juga tertarik, dan ikut duduk disamping saja. Karena ceritanya pendek-pendek, Lukman tidak cepat bosan mendengarnya, dan bahkan ketika selesai satu buku, langsung menyodorkan buku lainnya. Lukman juga betah melihat kata-kata yang saya tunjuk, dan memperhatikan setiap halaman yang dibaca.

Tentunya saya juga tidak membaca dengan suara datar seperti membaca berita, tapi berbekal kemampuan main boneka dijaman kecil dulu hehe, setiap tokoh dalam cerita saya suarakan sesuai karakternya. Untuk singa tentu suaranya harus lebih garang dibandingkan suara kelinci yang imut. Atau suara ayah jerapah lebih berat daripada suara ibu jerapah. Tidak lupa dengan special effect, yang dengan lebaynya saya tambahkan sesuai cerita, seperti menyuarakan “Gubraaaag” saat tokohnya jatuh, atau bunyikan “Srek-srek-srek” ketika tokohnya berjalan diatas salju. Itu membuat Reza dan Lukman senang mendengarkan, bahkan Reza suka bertanya “Malam ini kita membaca buku dongeng nggak?”

Akhirnya kegiatan mendongeng jadi kegiatan favorit kami yang hampir tiap malam dilakukan. Kalau tidak Reza yang minta, Lukman yang menagih sambil bawa buku pilihannya “Ayo Mama, baca yang ini”. Rasanya senang ya, duduk memangku buku, Lukman biasanya di kanan saya, menempelkan dagunya dibahu saya karena sambil membaca kata-kata yang saya tunjuk. Reza biasanya di kiri saya, sambil senderan, dan ikut juga melihat gambar-gambarnya. Ada kejadian lucu, saat Lukman minta dibacakan buku “Kecupan Untuk Ayah” yang sudah berkali-kali dibaca. Karena sudah lumayan cape seharian pergi, saya jadi kurang konsentrasi mendongengnya. Biasanya saat si ayah beruang minta kecupan pada anaknya dan mengatakan “Kecupan seperti ini…” saya tambahkan suara “Cup cup cup” yang bikin anak-anak ketawa. Malam itu saya lupa menambahkan special effect suara kecupan itu, dan langsung mereka protes, dengan langsung membunyikan suara “Cup cup cup” itu hahaha…

Dengan membiasakan kegiatan dongeng sebelum bobo ini, Lukman memang jadi terlihat lebih bersemangat untuk membaca. Setelah beberapa minggu kami melakukannya, Lukman mulai coba membaca nama toko, papan iklan, spanduk-spanduk yang kami lewati saat jalan-jalan. Ia juga lebih mau belajar mengeja. Kalau sedang melihat kata yang belum dikenalnya, Lukman pasti tanya “Itu apa?” maksudnya: tulisan itu dibacanya apa?

Selain itu, saya juga senang, cara mendongeng sayapun menular pada Reza dan Lukman. Memang sebelum inipun Lukman juga sudah suka main boneka dengan suara yang berbeda utk tiap boneka. Namun ada kejadian istimewa yang membuat saya senang sekali. Suatu sore Lukman tumben mau membaca buku komik sejarah kakaknya, tentang Alexander The Great. Melihat Lukman membuka buku miliknya, spontan Reza menawarkan “Mau dibacain?” Tentu saja Lukman langsung menggangguk. Lalu Reza membacakan dengan cara seperti yang saya lakukan saat mendongeng: dengan menunjuk satu persatu kata yang dibaca, dan menyuarakan dengan ekspresi dan nada berbeda-beda sesuai cerita dan tokohnya. Lucu sekali mendengar Reza berekspresi seperti itu, dan senang juga melihat mereka akur membaca berdua.

Dilain hari, seperti biasa sebelum tidur Lukman minta dibacakan buku: Kisah Tiga Beruang & Goldilocks. Sesudah selesai saya menceritakan kisah itu, Lukman melihat ke cover belakang bukunya & minta dibelikan buku Tiga Babi Kecil dari seri yg sama. Reza bilang “Sini Reza ceritain aja ya” Lalu Reza bercerita dengan gaya yang ekspresif. Lukman mendengarkan dengan serius. Haduuuh geli jadinya melihat mereka seperti itu. Selain itu, saya senang karena Reza yang biasanya hanya mau bercerita seperti scientist: kaya dengan fakta detail dan kurang bertutur, kali ini mulai bisa bercerita dengan baik layaknya seorang pendongeng. Jadi bertambah lagi poin plus dari kegiatan mendongeng ini 😉

Buat saya, walau diawal tujuan membacakan cerita sebelum tidur itu pancingan supaya Lukman tertarik untuk membaca, ternyata setelah dijalankan saya juga mendapat manfaat lainnya. Reza yang tadinya saya pikir tidak akan tertarik mendengar karena sudah lancar membaca, merasa kegiatan itu juga menyenangkan untuknya. Rasanya senang sekali kami bertiga (berempat dengan Papanya kalau weekend) sama-sama berkumpul, duduk berdekatan, dan melakukan kegiatan yang disukai bersama. Dan perasaan senang itu bukan hanya berpengaruh pada kedekatan saya dan anak-anak tapi juga antara Reza dengan Lukman. Selain itu dengan membacakan cerita-cerita pilihan bisa memberikan masukan nilai-nilai kehidupan pada anak dengan santai, tanpa terkesan menggurui. Beberapa kali saat bercerita seperti itu memancing Reza untuk juga menceritakan pengalamannya dengan teman, dan ini membuka peluang untuk saling sharing. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, kita mendongeng untuk buah hati kita 🙂

2 thoughts on “Serunya Dongeng Sebelum Bobo

  1. Dear mom Rosa.. saya suka sekali dengan tulisan2nya, u r so inspiring me to become a tender and caring mom.. terus menulis ya mom, saya tunggu cerita2nya lagi ;))

    salam,

    Lina

    1. mamanya

      Dear bunda Lina, salam kenal dan terimakasih sudah berkunjung. Senang sekali kalau tulisan-tulisan saya bisa menginspirasi, semoga kita bisa sama-sama menjadi ibu terbaik untuk sang buah hati 🙂

Leave a reply to mamanya Cancel reply