Memori Ulat Bulu

Sudah sejak awal tahun ini Lukman berhenti terapi wicara, namun Alhamdulillah perkembangan komunikasinya terus bertambah, sedikit demi sedikit. Kadang kami sendiri tidak terlalu menyadari perkembangan itu, karena mungkin terus berinteraksi dengan Lukman. Jadi kami baru sadari berkembangnya Lukman dari pembicaraan dengan orang-orang diluar rumah. Contohnya seperti dibawah ini.

Ketika sedang makan sore ini, mendadak Lukman bilang “Dirumah Ziki (teman sekelasnya) ada ulat bulu. Mama Ziki takut sama ulat bulu”. Saya bingung juga, kok Lukman tahu ya Mama Zikri takut ulat bulu? Iseng saya bbm Mama Zikri: “Mam, tadi Lukman bilang Mama Zikri takut ulet bulu, apa iya begitu?” Jawaban Mama Zikri bikin saya senyum-senyum: “Ya ampuun Lukman ingatannya kuat banget ya. Waktu itu saya kan duduk disebelah Lukman yang lagi menunggu dijemput pulang sekolah, saya ngobrol sama beberapa ibu yang juga sedang menjemput anak. Kita ngomongin ulat bulu yang lagi menyerang Probolinggo dan disitu saya bilang ‘Ih saya takut loh sama ulat bulu, kalau ada ulat bulu terpaksa minta tolong asisten untuk membuangnya’. Padahal kita ngobrol sesama ibu-ibu, tapi rupanya Lukman merekam obrolan kita dan ingat sampai sekarang ya?”

Membaca jawaban Mama Zikri saya juga cukup surprise. Memang sih memori Lukman cukup baik,  namun anggapan saya dalam komunikasi secara lisan Lukman baru ingat kalau berulang-ulang mendengarnya. Tapi ternyata kali ini terbukti walaupun cuma sekali mendengar, walaupun tanpa diomongin langsung ke Lukman, dia bisa mengingatnya. Saya sampai penasaran dan bertanya lagi sama Mama Zikri “Ngobrolnya itu baru minggu kemarin atau kapan, Mam?” Dijawab lagi oleh Mama Zikri “Wah sudah lama, yaaa pas lagi heboh berita ulat bulu itu” Hmmm berarti waktunya sekitar awal bulan April hampir dua bulan yang lalu! Wah saya benar-benar surprise, terbukti Lukman memang punya memori yang baik.

Perkembangan lain adalah pemahaman Lukman untuk sebab akibat. Bagi Lukman, bicara soal sebab akibat masih agak membingungkan. Tidak heran, karena Lukman mulai menggunakan kata ‘kenapa’ saja baru tahun lalu (lihat posting Kenapa?). Walaupun sejak itu Lukman sudah cukup sering menggunakan kata kenapa, setiap ada pertanyaan dengan menggunakan kata itu masih cukup sulit dijawab oleh Lukman. Namun bulan ini sudah ada sedikit perkembangan, dan itu saya tangkap ketika Lukman bicara ditelepon dengan Ayang (neneknya Lukman). Ketika itu Ayang menelepon saya memberitahukan akan control kedokter. Lalu Ayang minta bicara dengan Lukman. Beberapa saat mengobrol, ketika Ayang bilang pada Lukman akan pergi ke dokter, Lukman bertanya “Kenapa?” wah saya yang mendengarkan juga surprise, karena saya belum pernah mendengar sebelumnya Lukman bertanya dengan menggunakan kata ‘kenapa’ seperti itu.

Selain perkembangan bicaranya, dari sisi sosialisasi dan emosi juga Lukman semakin berkembang. Contohnya ketika ditempat Lukman les musik. Ketika itu Lukman yang sedang menunggu saya menjemputnya masuk kedalam kantor Kak Liza, humas disana. Seperti biasa, kalau masuk kedalam ruang kantor tsb, pasti Lukman ikut duduk dikursinya Kak Liza dan memainkan komputernya, pokoknya sudah serasa rumah sendiri hehe. Sementara Lukman asik googling, Kak Liza menerima telepon dan bicara cukup lama. Saat itu, cerita Kak Liza, kelihatan Lukman ingin menanyakan sesuatu, dia menengok ke Kak Liza, dan terlihat mukanya ingin bertanya. Namun karena Kak Liza masih bicara ditelepon, Lukman batal bertanya. Beberapa kali Lukman tengok ke Kak Liza, tapi masih bicara ditelepon. Akhirnya Lukman coba mengetik sendiri yang ingin ditanyakannya. Ketika saya menjemput, Kak Liza menceritakan kejadian tersebut, sambil bilang “Lukman sopan sekali ya, tidak mau mengganggu saya yang sedang bicara di telepon. Padahal anak-anak lain kadang nggak mau tahu kalau kita lagi bicara ditelepon, mereka interrupt pembicaraan dengan menarik tangan, atau bicara lebih keras supaya didengarkan”. Wah saya sendiri jadi tersadar, betul juga ya, memang Lukman jarang sekali mengganggu kalau saya lagi menelepon. Berarti dia sudah cukup peka untuk memahami bahwa sebaiknya ia menunggu pembicaraan ditelepon selesai dulu sebelum mengutarakan apa yang diinginkannya.

Soal tidak mau mengganggu, ada lagi contoh lain. Ketika sedang tidak enak badan, saya berniat tidur disiang hari, namun Lukman terus mengajak bicara. Akhirnya saya bilang “Lukman, main sendiri dulu ya, Mama nggak enak badan mau tidur sebentar saja”. Lukman menjawab “Maaf ya Mama, tidur saja, tutup matanya” ow so sweet. Dan Lukman betul-betul tidak mengganggu tidur saya. Ketika ia ingin BAB (masih harus dibantu ceboknya) ia mencari mbak kedapur, dan ketika masuk kamar, ia bergaya menempelkan telunjuk didepan bibirnya sambil berjingkat-jingkat. Karena terbangun, saya tanya pada mbak “Kenapa Jum?” si mbak menjawab “Lukman mau pup Bu, tapi katanya jangan berisik. Takut Ibu bangun kali”. Waah terharu deh, Lukman tidak mengganggu, bahkan kasih tahu mbak untuk tidak berisik supaya tidak mengganggu tidur Mamanya 🙂

Contoh terkini perkembangan emosi Lukman terjadi kemarin. Seperti biasa kalau weekend Papanya berolahraga dirumah, dan sesudah olahraga karena bajunya basah biasanya suka dibuka kausnya, sampai menunggu banjir keringatnya mereda. Ketika melihat Papanya cuma memakai celana, Lukman langsung bertanya “Papa kenapa gak pake baju?” Papanya menjawab “Habis olahraga, keringetan, sayang” Lukman tidak bicara lagi, tapi lalu masuk kedalam kamar. Papanya pikir Lukman sudah puas dengan jawabannya. Tapi ternyata Lukman keluar kamar lagi, dengan membawa baju kaus yang biasa dipakai Papanya dirumah! Wah Papanya langsung terharu, diperhatikan Lukman seperti itu. Apalagi Lukman kok bisa mencarikan baju kaus yang biasa dipakai dirumah, padahal dilemari Papanya baju kaus itu letaknya bukan paling atas dari tumpukan baju. Berarti Lukman mencari baju yang cocok, bukan asal mengambil! Langsung deh Papanya peluk dan cium Lukmannya, bilang “Makasih ya cayang!”

2 thoughts on “Memori Ulat Bulu

Leave a comment