One Emotional Moment

Dalam mendidik kedua anak laki-laki kami, baik saya dan Papanya tidak meng’haram’kan untuk mereka menangis jika memang ada hal yang menyentuh perasaan mereka. Tidak pernah kami berkata “Anak laki-laki tidak boleh menangis”. Lukman yang masih belajar untuk mengendalikan emosi masih sering menangis jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Kadang ia juga bisa beracting, kelihatan sediiih sampai keluar airmata supaya tidak dilarang keinginannya. Lain halnya dengan Reza. Di usianya yang sudah 9,5 tahun ia sudah mulai malu jika terlihat menangis. Contohnya kejadian sebelum tidur malam ini.

Kebetulan hari ini Papanya pulang cepat jadi sempat bermain dan ngobrol bersama anak-anak sebelum waktu tidur tiba. Ketika saya dan Papanya ngobrol soal pentingnya menjaga kesehatan terutama menjaga kebersihan tangan (karena Reza kadang suka lupa cucitangan sebelum makan) Papanya cerita tentang saat Reza masih umur 1 tahun 2 bulan harus dirawat dirumah sakit karena diare (lihat posting India…). Maklum, seumur itu Reza masih suka mencicipi barang-barang yang bukan makanan. Kadang mainannya dimasukin kemulut, kadang habis pegang ini itu tangannya masuk kemulut.

Papanya cerita bagaimana sedih hatinya saat itu karena terpaksa harus keluar kota disaat Reza harus masuk kerumah sakit. Lalu saya lanjutkan kisah Papanya dengan menceritakan bagaimana Reza juga tidak mau ditinggal, dan bilang “Jangan pergi Papa…” ketika dipamiti.

Tidak disangka, mendengar cerita kami Reza jadi meneteskan airmata, walaupun ia jadi malu dan menutup mukanya dengan bantal. Setelah beberapa detik bertukar pandangan dengan Papanya, saya jadi spontan memeluk Reza dan begitu juga Papanya. Akhirnya kami bertiga berpelukan seperti telletubbies 🙂

Senangnya Papa sudah di Jakarta lagi...

2 thoughts on “One Emotional Moment

Leave a comment